Self Love, aku yakin hal ini enggak asing lagi ditelinga kita walaupun ada beberapa pengecualian pastinya.
Bagaimana sih self love versi aku itu?
Mungkin sebelum masuk ke pembahasan ini aku akan cerita bagaimana aku mencintai diriku sendiri terlebih dahulu. Aku seorang anak broken home, yang dari kecil selalu dengar pertengkaran di rumah, entah itu keluarga inti atau keluarga yang cakupannya agak besar. Kalo ditanya, trauma apa enggak sekarang? Honestly, i'll say yes!
Dari situ, aku hidup masih biasa-biasa aja namanya juga anak kecil. Kelas 6 SD, ketika aku sedang butuh-butuhnya sebuah pegangan. Aku dihadapkan dengan kenyataan, yang mengharuskan orang tuaku berpisah. Aku paham sekali, kalopun kedua orang tua ku pun masih bersama. Ga akan mungkin ada kata bahagia didalamnya. Aku diam.
Sakit? sangat. Tapi aku diam.
Sekolah menengah pertama aku lalui dengan harapan, nanti kelulusan aku mau Abi sama Umi dateng dan liat aku berdiri diatas panggung! Aku diatas panggung, tapi hanya dengan abi, karena umi balik ke Bungo H-4 sebelum acara kelulusanku. Apa yang aku lakukan? Aku diam.
Sekolah Menengah Atas, aku mulai memberontak. Kelas 10 ku kacau, aku berantakan. Secara mental aku sakit, yang menyebabkan aku juga gampang sakit karena pikiran itu sendiri. Marah, kecewa, rasanya ga tau lagi harus gimana. Hal ini ngebuat aku jadi malas untuk melakukan apapun, membaca juga tidak, menggambar juga tidak, nulis? nulis status si iya. Dan aku gagal. Impianku kacau berantakan, benar-benar tidak tahu harus bagaimana sampai lulus SMA.
Kuliah semester 1, aku masih malas-malasan. Namun, aku tidak begitu memikirkan hal itu lagi. Masuk semester 2, kemarahanku meluap. Aku marah dengan kedua orang tuaku, aku ungkapkan semua isi kepalaku, waktu itu aku tidak peduli apa yang mereka rasa yang aku pikir aku lega.
Dari hal ini aku sadar, bahwa mengikhlaskan lebih mulia dari pada menangis karena keadaan yang tak lagi sama. Umi sudah bahagia dengan pilihannya. Abi juga bahagia dengan jalannya, itu yang harus aku ikhlaskan.
Untuk kalian yang merasakan hal yang sama, atau kalian yang merasa orang tua kalian menyebalkan, atau bahkan kalian diperlakukan dengan kasar oleh orang tua kalian.
Pesanku :
- Untuk kamu yang memiliki orang tua kasar, minta tolong! jangan diam saja, bergerak. Kamu ga bisa kalo cuma diam merasakan hal itu. Sakit sekali, bahkan rasanya akan membekas hingga kamu dewasa nanti. Dan jangan lupakan untuk mendoakan mereka juga.
- Untuk kamu yang memiliki orang tua menyebalkan atau tidak sepemikiran denganmu, gapapa. Perbedaan itu ada sebagai pelengkap warna di kehidupan manusia. Ajak mereka berdiskusi, kalaupun masih tidak bisa juga. Kau harus tahu, bahwa orang tuamu hidup di zaman yang berbeda denganmu. Bukan berarti apa yang mereka ucapkan itu salah, mereka benar karena mereka sudah merasakan manis pahitnya kehidupan lebih dahulu dibanding denganmu. Sabar.
- Untuk kamu yang merasakan hal yang sama denganku, kamu hebat, kamu beruntung, kamu luar biasa, kalau kamu tidak bisa melakukannya sendirian. Aku siap mendengar dan mengulurkan tanganku untukmu. Semangat ya!
Semenjak itu, aku mencoba berpikir bahagia itu bukan hanya ucapan. Bahagia itu gimana kita menghargai tentang hari ini dan juga masa lalu.
Gak akan ada orang sukses yang dia itu masih terjebak sama masa lalunya. Siapapun orangnya, bahkan untuk sebuah negara sekalipun! Kenapa Indonesia gak maju? Ya karena masyarakatnya ga bisa ngelupain masa lalunya yang rata-rata seorang petani.
Dengan kita memaafkan masa lalu, kita itu berusaha untuk memaafkan diri kita sendiri sebenernya, dengan cara mengikhlaskan. Toh, yang udah terjadi ga mungkin bisa dirubah lagi.
Self love, mengajariku tentang memberi ruang pada diriku sendiri. Ruang untuk didengarkan. Pembicaraan tentang aku dan aku. Bagaimana caranya? Sering-sering bertanya pada dirimu, bagaimana yang dirimu mau.
Self love juga mengajariku tentang bagaimana diriku untuk tidak peduli dengan pendapat negatif dari orang lain. Orang lain ga suka? Ya aku cuek aja gitu, karena ku rasa yang aku lakuin udah aku versi aku. Walau kadang juga jadi mikir "dia benci banget sama aku karena apa si?". Nah otomatis, kalo aku engga dengerin komentar orang, hidupku jadi damai banget.
Sering juga ngasi reward atas sebuah pencapaian, atau sebuah hasil kerja keras yang cukup menyita banyak waktu, tenaga, serta pikiran. Sederhana, makan es krim misalnya.
Mencintai diri sendiri itu bukan berarti cuman antara diri kita sendiri dengan diri kita sendiri. Tapi menurutku juga hubungan dengan orang lain. Kamu engga mungkin dong, bisa tenang kalo kamu lagi punya masalah sama temen, atau saudaramu?
Kalo dibuat jengkel, kezel, marah. Tahan dulu, tenangkan diri. Lalu selesaikan masalahmu dalam sekali duduk. Dan tidak boleh berlarut-larut.
Walau tak jarang kita kekanak-kanakan si, pengen ngerasa jadi yang paling bener sejagat raya. Padahal yang namanya manusia itu ga akan ada benernya, kalo nurutin gengsi. Egomu yang bakal ngehancurin diri kamu sendiri. Pasti.
Jadi, mencintai diri sendiri itu perlu. Sebelum kamu mencintai orang lain. Kan ga mungkin dong, kamu mencintai orang lain tapi emosi masa lalu masih nyata banget rasanya. Kasihan. Mungkin bisa aja sih, orang yang mencintai kamu karena terlalu sayang dia bilang "gapapa" tapi apakah itu akan bertahan hingga 5 tahun kedepan? Atau 10 tahun kedepan?
Cinta itu emosi, nah buatlah dirimu mencintai dirimu sendiri. Dan bahagiakan orang lain.
Selamat menjadi pribadi mengagumkan versi kamu yang baru. :)
Mbak dilll lupppp you ahh
BalasHapusNamanya lhoo, bikin pengen ngasih pertemuan ke-7 etp. yok Etp, lup yu tooo wkkwkwk
Hapus